Agnes Novaliyanti, mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik, telah berhasil menciptakan rancangan bangunan bagi lansia terlantar di Kota Surabaya melalui tugas akhir skripsinya dengan judul ‘Perancangan Griya Wreda Bagi Lanjut Usia Terlantar Dengan Fasilitas Terapi Demensia Di Kota Surabaya’.
Keprihatinan atas kondisi panti jompo atau panti wreda di Surabaya yang mengalami kelebihan kapasitas dan kurangnya fasilitas menjadi latar belakang bagi Agnes untuk membuat rancangan bangunan tersebut. "Setelah melakukan observasi di satu-satunya panti wreda yang dimiliki Pemerintah Kota Surabaya, saya melihat dengan jelas bahwa kondisinya sudah melebihi kapasitas dan beberapa fasilitas tidak ramah bagi para lansia," ungkap Agnes yang akan di wisuda pada bulan September mendatang.
Mahasiswa yang aktif terlibat dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Untag Surabaya ini menyebutkan bahwa dalam rancangan bangunannya juga termasuk fasilitas terapi demensia secara arsitektural. "Permasalahan umum bagi lansia terutama yang mengalami demensia adalah menurunnya daya ingat. Oleh karena itu, melalui prinsip arsitektur perilaku, saya melengkapi rancangan tersebut dengan terapi demensia. Caranya adalah dengan melakukan modifikasi lingkungan dan menciptakan terapi ingatan secara arsitektural," ujar anak dari pasangan Nurcholis dan Mujiyati itu.
Lebih lanjut, Agnes menjelaskan modifikasi lingkungan dan terapi ingatan dalam rancangannya dengan membuat taman sensorik serta menciptakan interior ruang yang mengingatkan lansia pada kenangan masa lalu. "Dalam rancangan itu, saya membuat taman sensorik atau lingkungan yang bersosialisasi, di mana lansia dapat memfungsikan setiap panca indra ketika berada di tempat tersebut. Selain itu, terapi ingatan bisa dilakukan dengan menciptakan etalase foto-foto yang dapat mengenang masa lalu," ujarnya.
Dengan demikian, rancangan bangunan tersebut tidak hanya menawarkan lingkungan fisik yang nyaman dan ramah bagi lansia, tetapi juga memberikan fasilitas yang membantu merangsang panca indera dan mengenang kenangan masa lalu yang dapat mendukung terapi demensia secara arsitektural.
Sementara itu, sejalan dengan visi Kota Surabaya sebagai Kota Ramah Lansia, Agnes berharap ide rancangan bangunannya dapat terealisasikan. "Semoga ide ini dapat terealisasikan. Sebagai kota yang ramah lansia, Pemerintah Kota Surabaya harus memperhatikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh para lansia," ungkap Agnes.
Dengan adanya perhatian dan dukungan dari pihak berwenang, implementasi rancangan bangunan yang mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan lansia dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menghormati hak-hak serta kualitas hidup para lansia di kota tersebut.
Dalam proses pengerjaannya, Agnes mendapatkan arahan penuh dari Dosen pembimbingnya, yaitu Tigor Wilfritz Soaduon Panjaitan, S.T., M.T., Ph.D.
Kerjasama dan dukungan antara mahasiswa dan dosen pembimbing adalah kunci sukses dalam menyelesaikan penelitian atau tugas akhir dengan baik, dan hal ini tampaknya menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan mahasiswa tersebut berhasil meraih prestasi akademik yang gemilang dengan IPK 3,79. (ms/rz)