Berbekal keinginan membantu para penyandang tunanetra, Mahasiswa Teknik Informatika Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya – Septian Dwi Cahya mengembangkan alat pendeteksi halangan dan lubang yang dinamai ‘Tongkat Virtual Tunanetra’. Alat ini merupakan hasil tugas akhirnya dengan judul ‘Tongkat Virtual Tunanetra Mengetahui Halangan Lurus dan Lubang dengan Output Getaran dan Suara’.
Septian mengaku dalam penyusunan tugas akhirnya banyak sekali dukungan dan arahan dari berbagai pihak, terutama Ir. Sugiono, M.T selaku dosen pembimbing dan dua orang penyandang tunanetra yang menjadi subjek dalam penelitian ini. “Tujuan utama saya mengambil tugas akhir ini untuk mengembangkat alat bantu yang dapat digunakan penyandang tunanetra dalam berjalan dengan lebih aman dan mandiri. Sehingga dalam perjalanannya, mereka dapat menghindari gangguan atau halangan,” jelasnya.
Alat ini dirancang dalam bentuk kotak berukuran 10,5 cm x 17,5 cm x 5,8 cm yang dapat dipasang pada sabuk. Dilengkapi dengan fitur GPS tracking berbasis website, alat ini memungkinkan keluarga melacak lokasi pengguna secara real-time. “Setelah alat ini digunakan, GPS akan mengirimkan data lokasi ke program yang hanya dapat diakses oleh keluarga, asalkan terhubung dengan hotspot dari handphone atau Mi-Fi,” tambah Septian, yang akan diwisuda pada akhir bulan ini.
Septian juga menambahkan, alat yang dibuat ini menggunakan sensor ultrasonik yang memiliki kemampuan mendeteksi halangan lurus dengan akurasi jarak maksimal 50 cm dan lubang di jalan dengan akurasi jarak maksimal 100 cm. “Alat ini akan memberikan peringatan berupa suara dan getaran yang mudah dikenali pengguna. Sehingga harapannya dapat meningkatkan mobilitas dan keamanan bagi pengguna dalam beraktivitas sehari-hari,” terangnya.
Selain masih memiliki kapasitas baterai yang rendah, Septian juga berharap alat ini juga dapat dikembangkan agar dapat terintegrasi dengan Artificial Intelligence (AI) dan dapat mengenali objek lain. “Jadi selain baterai yang butuh lebih besar kapasitasnya, pengembangkan yang dilakukan dapat berupa peningkatan kualitas suara dan getaran pada alat agar dapat mudah didengar jelas meskipun dalam kondisi bising. Selain itu, saya berharap alat ini juga dapat mendeteksi objek lain seperti orang sekitar atau kendaraan pada pengembangkan berikutnya,” pungkas mahasiswa yang berhasil lulus empat semester tersebut. (iy/rz)