Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya menggelar diskusi ‘Perspektif Pengelolaan Perguruan Tinggi Swasta Pada Pemerintahan Baru’ di Auditorium Graha Wiyata lantai Sembilan. Acara ini dihadiri oleh jajaran struktural dari tiga lembaga pendidikan di bawah naungan YPTA Surabaya, yaitu SMP 17 Agustus 1945, SMA 17 Agustus 1945, dan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, (26/11).
Diskusi ini merupakan bagian dari upaya YPTA untuk memberikan wawasan dan perspektif baru kepada civitas akademika terkait dengan perkembangan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di era pemerintahan baru. Hal ini disampaikan oleh Ketua YPTA Surabaya – J. Subekti, S.H., M.M. dalam sambutannya. “Saat ini, PTS sedang menghadapi tantangan besar, yaitu ketidakpastian mengenai langkah yang harus diambil pada era pemerintahan baru. Fenomena bergantinya menteri, kebijakan, sistem dan struktur yang terus berubah menjadi faktor yang memengaruhi stabilitas dan arah pengelolaan PTS,” paparnya. Dengan begitu, menurutnya PTS harus mampu bertransformasi dengan cepat dan tepat sebagai langkah penguatan kualitas perguruan tinggi. “Agar tetap relevan dan mampu berdaya saing di tengah dinamika politik dan kebijakan pemerintah yang terus berkembang,” lanjutnya.
Diskusi ini menghadirkan narasumber Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) – Prof. Dr. Thomas Suyatno. Dalam materi yang dibawakan, Prof. Thomas membahas mengenai berbagai isu dan tantangan yang dihadapi oleh PTS di tengah dinamika pemerintahan yang terus berkembang.
Dalam kesempatan itu, Prof. Thomas menegaskan bahwa berdasarkan konstitusi, Indonesia menganut satu sistem pendidikan nasional. Dia juga mengimbau agar pemerintahan baru tidak menerapkan kebijakan diskriminatif antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS). “Pemerintah harus menghindari pendekatan etatisme atau dominasi negara dalam kebijakan pendidikan. Semua perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, harus diperlakukan secara setara, tanpa kebijakan yang membatasi atau merugikan ruang gerak PTS,” ujarnya tegas.
Prof. Thomas juga mengingatkan pentingnya menjaga dinamika, kreativitas, dan inovasi di perguruan tinggi swasta (PTS). Dia menekankan bahwa fleksibilitas dan inovasi adalah kekuatan utama PTS dalam mencetak lulusan yang siap bersaing di tingkat global. “Dunia swasta selalu mengedepankan fleksibilitas dan inovasi sebagai keunggulan. Oleh karena itu, PTS harus diberikan kebebasan yang memadai untuk mengembangkan kreativitas tanpa terhambat oleh regulasi negara yang berlebihan,” jelasnya.
Prof. Thomas juga menyoroti turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi perguruan tinggi swasta (PTS), terutama dalam hal penerimaan mahasiswa baru yang sering kali tidak seimbang dibandingkan dengan perguruan tinggi negeri (PTN). “Pemerintah memiliki peluang besar untuk memberikan ruang lebih luas bagi PTS agar dapat berkembang. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan yang mendukung inovasi dan kemajuan, sehingga PTS mampu tumbuh secara optimal dan berkontribusi lebih signifikan bagi pembangunan nasional,” tambahnya.
Dengan adanya diskusi ini, YPTA Surabaya semakin memperkuat perannya dalam memajukan pendidikan tinggi di Indonesia, serta menjadi wadah penting bagi pengembangan kualitas dan daya saing perguruan tinggi swasta di tanah air. (oy/rz)