Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menerima kunjungan studi banding dari Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta pada Rabu, 14 Mei 2025. Rombongan Unisri dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang III Kemahasiswaan – Dr. Joko Pramono, S.Sos., M.Si., didampingi tiga dosen lainnya. Kunjungan ini disambut langsung oleh jajaran pimpinan Untag Surabaya dan Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) di Ruang Rapat Gedung R. Ing Soekonjono lantai dua.
Rektor Untag Surabaya – Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran tamu dari Surakarta. Rektor Untag Surabaya juga menegaskan bahwa Untag Surabaya telah mengusung identitas sebagai Kampus Merah Putih sejak lama, jauh sebelum istilah tersebut populer secara nasional. “Selamat datang di Kampus Merah Putih. Kami adalah Kampus Nasionalis yang berkomitmen mencetak lulusan yang mendahulukan kepentingan bangsa. Salah satu bentuk konkret dari komitmen ini adalah adanya mata kuliah wajib ‘Patriotisme’. Saya yakin keunikan ini dapat menjadi inspirasi dan semoga kolaborasi antaruniversitas bisa terus terjalin untuk menciptakan inovasi bersama,” ungkapnya.
Wakil Rektor III Unisri – Dr. Joko Pramono, turut menyampaikan kekagumannya terhadap budaya nasionalisme yang diterapkan secara konsisten di lingkungan Untag Surabaya. Menurutnya, kunjungan ini dilatarbelakangi oleh kesan mendalam Rektor Unisri saat menghadiri acara di Untag Surabaya sebelumnya. “Salah satu hal yang menarik perhatian kami adalah kebiasaan menyanyikan lagu Indonesia Raya tepat pukul sepuluh pagi yang diikuti seluruh mahasiswa dengan berdiri serentak. Ini menjadi inspirasi bagi kami untuk memperkuat nilai-nilai nasionalisme di lingkungan kampus,” ujarnya.
Direktur Umum dan SDM YPTA Surabaya - Eddy Wahyudi, S.H., M.Si., menegaskan bahwa komitmen Untag Surabaya sebagai kampus nasionalis telah dibangun sejak awal berdirinya. “Kami menyatakan diri sebagai Kampus Nasionalis sejak tahun 1958. Ini bukan sekadar jargon, tapi kami wujudkan secara nyata dalam budaya, kebijakan, dan aktivitas kampus,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi, Dosen Unisri – Moenawar Kholil, S.Kom., M.Kom., menanyakan bentuk konkret kegiatan yang mencerminkan nilai Nasionalisme di Untag Surabaya. Menanggapi hal tersebut, Eddy Wahyudi memaparkan sejumlah program unggulan yang dijalankan oleh kampus. “Kami mewajibkan menyanyikan lagu kebangsaan setiap pukul sepuluh pagi, menyediakan mata kuliah wajib ‘Patriotisme’, serta ada pengawasan dari Kepala MKU untuk memastikan seluruh dosen mengintegrasikan nilai kebangsaan dalam perkuliahan. Kami juga memprioritaskan akses pendidikan yang terjangkau, dengan biaya kuliah sekitar satu juta rupiah per bulan dan total biaya pendidikan sarjana sekitar Rp60 juta,” paparnya.
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unisri – Muadz, S.Sn., M.A., juga turut menyampaikan bahwa kampusnya memiliki mata kuliah penciri, yakni ‘Ke-Slamet Riyadi-an’ yang membahas nilai perjuangan tokoh nasional tersebut. Muadz menambahkan bahwa kunjungan ini merupakan upaya memperkaya perspektif dalam membangun karakter nasionalisme mahasiswa.
Sementara itu, Kepala MKU Untag Surabaya – Dr. Bambang Kusbandrijo, M.S., menjelaskan bahwa implementasi nilai kebangsaan juga diterapkan melalui tata tertib dan aktivitas kultural kampus. “Kami memiliki hari tertentu untuk mengenakan pakaian adat daerah, beberapa fakultas mengadakan kunjungan ke situs bersejarah, dan jika ada mahasiswa yang tidak berdiri saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan, maka petugas keamanan akan memberikan teguran. Ini bagian dari pendidikan karakter nasional yang diterapkan secara kolektif,” terangnya.
Untag Surabaya terus meneguhkan jati diri sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Semangat patriotisme tidak hanya tertanam dalam visi kelembagaan, tetapi juga tercermin dalam sistem pembelajaran, kebijakan, serta budaya kampus yang konsisten dikembangkan sejak 1958. (ra/rz)