Program Studi Sastra Jepang Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya sukses menyelenggarakan Pentas Drama Jepang di Gedung Graha Widya lantai dua pada Senin, 16 Desember 2024. Acara ini menampilkan dua drama karya mahasiswa angkatan 2023 yang sedang menempuh mata kuliah Nihon Gekiron atau Drama Jepang.
Zida Wahyuddin, S.Pd., M.Si., dosen pengampu mata kuliah tersebut, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai bagian dari Project-Based Learning. “Drama ini adalah wujud nyata mahasiswa dalam mengasah kemampuan berbahasa Jepang, meningkatkan keterampilan, soft skill, serta menyalurkan kreativitas dalam bentuk cerita. Hasilnya dapat dinikmati oleh publik seperti hari ini. Semoga kegiatan ini menjadi motivasi untuk terus berkarya dan mengembangkan kemampuan mahasiswa,” ujar Zida.
Acara tersebut dihadiri oleh 75 penonton, termasuk 10 siswa dari SMA 17 Agustus 1945 Surabaya, yang turut memberikan suasana apresiatif. Drama pertama bertajuk Ubume mengangkat kisah tragis seorang wanita hamil yang menjadi korban kekerasan hingga meninggal dan menjelma menjadi hantu. Drama ini berakhir damai ketika doa seorang biksu membawa kedamaian bagi sang arwah.
Sutradara Ubume, Veronica Diva Clarista, berbagi pengalaman emosional di balik karyanya. “Saya mendapatkan inspirasi dari kesedihan pribadi, lalu menuangkannya ke dalam cerita yang menyentuh. Proses menciptakan drama ini membantu saya menyampaikan emosi yang sulit diungkapkan secara langsung,” ungkap Veronica. Veronica juga mengakui tantangan utama selama proses produksi adalah mengatur jadwal latihan. “Kami hanya punya waktu dua minggu, namun semua teman berhasil memberikan yang terbaik,” tambahnya.
Drama kedua, Ghost of Tsushima, menampilkan perjuangan seorang samurai muda, Jin Sakai, dalam menghadapi invasi Mongol di Pulau Tsushima. Cerita ini menggambarkan konflik batin sang tokoh utama yang harus melanggar kode kehormatan samurai demi menyelamatkan rakyatnya.
Rachmad Daniel, sutradara Ghost of Tsushima, menjelaskan inspirasi ceritanya berasal dari video game dengan judul yang sama. “Proses latihan berlangsung selama tiga minggu dengan jadwal yang cukup ketat. Tantangan terbesar adalah menjaga koordinasi tim, namun kami berhasil menyelesaikan semua dengan baik,” ujar Rachmad. Ia juga menambahkan bahwa menjadi sutradara adalah pengalaman yang penuh pembelajaran, terutama dalam memimpin tim dengan latar belakang yang beragam.
Acara ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif antara para pemain, dosen, dan penonton. Para mahasiswa menerima masukan sekaligus apresiasi atas kerja keras dan kreativitas yang mereka tunjukkan. Pentas drama ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, tetapi juga media pembelajaran yang efektif dalam mengasah berbagai keterampilan mahasiswa.
Melalui Pentas Drama Jepang ini, Prodi Sastra Jepang Untag Surabaya berhasil menunjukkan bagaimana seni dapat menjadi wadah ekspresi sekaligus sarana edukasi yang inspiratif bagi mahasiswa dan masyarakat. (ra/rz)