Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berkolaborasi dengan University of Science Malaysia (USM) dan Universiti Malaysia Perlis (UNIMAP) dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Pada kesempatan ini, Program Studi Teknik Elektro dari Untag dan USM membantu dalam pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk petani di Desa Sajen, Pacet, Mojokerto. Sementara itu, UNIMAP dan Program Studi Sastra Inggris memberikan pelatihan mengenai 'Keterampilan Komunikasi Antarbudaya untuk Siswa Sabilul Rahmah International Boarding School, Pacet, Mojokerto' pada Rabu kemarin, (11/10).
Prof. Ir. Ts. Dr. Mohd Rizal Arshad – Professor at the School of Electrical and Electronic Engineering, Kepala Prodi Teknik Elektro – Ir. Puji Slamet., S.T., M.T. mengungkapkan bahwa pendampingan ini memiliki signifikansi yang besar baginya. "Dalam pelaksanaannya, perencanaan dan proses pendampingan terhadap perawatan PLTS menjadi hal krusial untuk memastikan kelangsungan dan ketersediaan energi listrik di peternakan tersebut," ujarnya.
Puji juga mengatakan bahwa Program Studi Teknik Elektro berhasil memperoleh hibah terkait teknologi pembangkit listrik yang digunakan untuk penerangan di area peternakan mulai dari tahun 2022. "Pengabdian masyarakat di Desa Sajen ini dimulai dari dana hibah yang diterima oleh Program Studi Elektro pada bulan Desember 2022 dari Kementerian Pendidikan untuk memberikan penerangan alternatif dengan memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di sekitar area peternakan," ujarnya.
Selain melakukan pendampingan, Program Studi Sastra Inggris juga ikut serta dalam menyelenggarakan pelatihan yang bekerja sama dengan Prof. Ir. Ts. Dr. R Badlishah Ahmad, Dr. Sharmini Abdullah, dan Dr. Rozilawati Mahadi dari UNIMAP. Kepala Program Studi Sastra Inggris – Dr. Pariyanto M.Ed, mengakui bahwa pemahaman lintas budaya memiliki signifikansi yang sangat penting. "Apa yang kami berikan adalah keterampilan dalam memahami berbagai budaya. Salah satu kunci sukses dalam mempelajari bahasa Inggris adalah melalui eksplorasi ke dalam budaya, karena penting bagi mereka untuk memahami bahwa bahasa tidak berdiri sendiri, tetapi juga terkait erat dengan budaya. Hal ini membantu mencegah kesalahpahaman dalam komunikasi dan konflik, terutama karena sebagian besar dari mereka memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di luar negeri," terangnya.
Dr. Pariyanto berharap siswa-siswi Sabilul Rahmah International Boarding School dapat memahami bahwa pembelajaran Bahasa tidak terlepas dari konteks budaya. "Pemahaman budaya adalah bekal penting bagi mereka untuk berhasil dalam studi di luar negeri. Kami memberikan pemahaman budaya dan juga bimbingan administratif agar mereka dapat berhasil mendapatkan beasiswa," harapnya. (wa/rz)