Program Studi (Prodi) Magister Arsitektur Untag Surabaya menggelar Kuliah Tamu Internasional bertajuk ‘Climate Resilience and Flood Management: Lessons from Global South Cities’ pada Kamis, 25 September 2025, di Ruang Meeting Graha Prof. Dr. H. Roeslan Abdulgani lantai dua, Kampus Untag Surabaya.
Acara ini diikuti mahasiswa Magister Arsitektur dan menghadirkan narasumber internasional, Sonia Roitman, Ph.D., Associate Professor di University of Queensland, yang juga dikenal sebagai sosiolog dan pakar perencanaan perkotaan.
Dalam sambutannya, Kaprodi Magister Arsitektur – Tigor Wilfritz Soaduon P., S.T., M.T., Ph.D., menekankan relevansi topik tersebut bagi mahasiswa. “Kuliah tamu internasional kali ini membahas isu strategis tentang ketahanan iklim dan manajemen banjir. Materi ini penting untuk memperluas wawasan mahasiswa agar dapat mengembangkan desain yang mendukung ketahanan iklim, seperti bangunan hemat energi, sistem pengelolaan air yang terpadu, serta ruang terbuka hijau yang mampu mengurangi efek panas perkotaan,” jelasnya.
Sonia Roitman mengawali paparannya dengan menekankan alasan pemilihan tema. “Saat ini, bencana akibat perubahan iklim seperti banjir, gelombang panas, dan badai semakin sering terjadi di wilayah perkotaan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi mahasiswa arsitektur maupun perencana kota,” ungkapnya.
Menurut Sonia, tantangan tersebut harus direspons melalui perancangan berkelanjutan. “Mahasiswa arsitektur dan perencanaan harus mempertimbangkan risiko perubahan iklim dalam setiap rancangan. Bangunan perlu lebih tahan terhadap bencana, tata kota harus mampu meminimalkan dampak negatif, sehingga kota tetap aman, nyaman, dan berkelanjutan,” tegasnya.
Lebih jauh, Sonia menyampaikan harapannya. “Saya berharap materi ini dapat mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11, yakni mewujudkan kota dan permukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh bencana, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dalam sesi berbagi pengalaman, Sonia memaparkan hasil penelitiannya mengenai manajemen banjir di Kota Kampala, Uganda, serta Kota Semarang, Indonesia. “Keduanya memiliki kesamaan, yakni penanganan banjir masih bersifat parsial dan belum menyeluruh,” paparnya.
Sonia juga menekankan perlunya strategi yang lebih komprehensif. “Pendekatan menyeluruh sangat dibutuhkan. Tidak cukup hanya membangun tanggul di hilir, tetapi juga harus melibatkan pengelolaan di hulu dan tengah, serta mempertimbangkan faktor ekologis dan sosial,” tutupnya.
Kuliah tamu internasional ini diharapkan mampu memperkaya perspektif mahasiswa Magister Arsitektur Untag Surabaya sekaligus memperkuat kontribusi kampus dalam mendukung solusi nyata bagi tantangan global, khususnya ketahanan iklim dan tata kota berkelanjutan. (ra/rz)