Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menggelar Workshop Analisis Data selama dua hari, Sabtu–Minggu, 10–11 Mei 2025. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Q705, Graha Prof. Dr. H. Roeslan Abdulgani ini diikuti oleh seluruh mahasiswa magister sebagai bagian dari persiapan menyusun tugas akhir.
Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur – Tigor Wilfritz Soaduon Panjaitan, S.T., M.T., Ph.D., IALI. menyampaikan kegiatan ini dirancang untuk memperkaya wawasan mahasiswa dari sisi akademik dan praktis. “Workshop ini kami rancang secara khusus menjelang tugas akhir mahasiswa. Kami menghadirkan pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menambah sudut pandang mahasiswa dalam menganalisis data arsitektur,” ujarnya.
Lebih lanjut, Tigor menjelaskan bahwa kehadiran narasumber dari ITB juga merupakan bagian dari upaya memperkuat jejaring akademik antar perguruan tinggi. “Kami ingin membangun kolaborasi yang berkelanjutan dengan ITB, terutama dalam konteks pengembangan ilmu dan riset arsitektur,” imbuhnya.
Dalam workshop ini, hadir sebagai narasumber dosen sekaligus peneliti arsitektur dari ITB – Dr. Eng. Hanson Endra Kusuma, S.T., M.Eng., yang menekankan bahwa profesi arsitek menuntut kemampuan multidimensi. “Menjadi arsitek bukanlah pekerjaan mudah. Kita harus memikirkan berbagai aspek, mulai dari struktur bangunan, keselamatan terhadap kebakaran, banjir, gempa, hingga keamanan dari pencurian, kesehatan bangunan, pembiayaan, dan kenyamanan penghuni,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Dr. Hanson juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap aspek-aspek kecil dalam desain. “Hal-hal kecil seperti estetika, keindahan, privasi, territorialitas, hingga desain yang mampu memengaruhi suasana hati penghuni juga harus dipertimbangkan secara matang,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi interaktif, Dr. Hanson memberikan studi kasus yang memicu analisis mahasiswa. Dalam sesi diskusi, ia memberikan studi kasus kepada para mahasiswa. “Jika ada pilihan lahan yang menghadap ke arah toko dan kebun, sebagai arsitek, arah yang sebaiknya dipilih adalah meletakkan pintu menghadap toko. Sebab, toko biasanya selalu diawasi oleh pedagangnya. Jika klien menjaga hubungan baik dengan para pedagang, maka secara tidak langsung keamanan rumah juga ikut terjaga. Otomatis, rumah akan lebih aman dari pencuri,” paparnya.
Pada hari kedua, Dr. Hanson menyampaikan materi tentang Lima Kategori Penelitian Arsitektur, termasuk pendekatan dalam pengumpulan data. Terdapat tiga cara utama dalam memperoleh data, yakni mendengar (melalui wawancara), melihat (melalui observasi), dan membaca (melalui jurnal, buku, atau dokumen).
Sesi tanya jawab berlangsung aktif. Salah satu mahasiswa bernama Guntaryono, menanyakan validitas data yang diperoleh pada tahun sebelumnya untuk keperluan tesis. “Apakah data lama masih bisa digunakan untuk penelitian saat ini?” tanyanya. Dr. Hanson menjawab data tersebut masih sah ketika masih relevan dengan konteks penelitian. “Selama data tersebut masih relevan dengan konteks penelitian dan tidak ada perubahan signifikan di lapangan, data tersebut tetap sah dan dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya.
Sebagai institusi pendidikan yang terus mendorong peningkatan kualitas akademik dan kolaborasi lintas kampus, Untag Surabaya berkomitmen membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang aplikatif serta akses terhadap jejaring profesional. Workshop ini menjadi wujud nyata dedikasi Kampus Merah Putih dalam mencetak lulusan arsitektur yang adaptif, berwawasan luas, dan siap bersaing secara global. (ra/rz)