Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya berhasil menyelenggarakan kuliah tamu yang berkolaborasi dengan BBC Indonesia. Acara bertema ‘BBC Goes to Campus 2024: Telaah Fake News di Era Disrupsi’ ini menghadirkan sejumlah narasumber penting, antara lain Pimpinan Redaksi Detik.com – Alfito Deannova Ginting; Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.com – Inggried Dwi Wedhaswary; Service Editor BBC News Indonesia – Jerome Wirawan; serta Sekretaris Mafindo Surabaya Raya – Diana Aziz. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium lantai sembilan Graha Wiyata pada Kamis, 26 September 2024, dihadiri oleh mahasiswa, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, serta perwakilan dari Universitas Trunojoyo Madura dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untag Surabaya – Dr. Ayun Maduwinarti, M.P., memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. Dalam sambutannya, Dr. Ayun menekankan pentingnya kemampuan membedakan fakta dan fiksi dalam era informasi yang cepat berubah. “Saya mengapresiasi upaya Prodi Ilmu Komunikasi menghadirkan narasumber dari BBC News Indonesia untuk membahas isu fake news,” ungkap Dr. Ayun.
Dr. Ayun juga mendorong mahasiswa untuk menggali pengetahuan lebih dalam mengenai fenomena fake news melalui diskusi dengan para narasumber. “Semoga kegiatan ini dapat memberikan bekal yang cukup bagi mahasiswa untuk menyaring informasi yang akurat. Kerja sama dengan BBC News Indonesia diharapkan dapat terus berlanjut,” tambahnya.
Jerome Wirawan, sebagai salah satu narasumber, mengingatkan pentingnya literasi digital di era informasi saat ini. “Kehadiran kami di sini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan dengan menyaring informasi yang beredar, terutama menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang penuh dinamika politik,” paparnya. Ia menekankan bahwa ancaman informasi palsu di media sosial selama Pilkada perlu diawasi dan mahasiswa Ilmu Komunikasi harus proaktif dalam memverifikasi keakuratan data.
Alfito Deannova Ginting juga menyoroti pentingnya sikap skeptis dalam menilai informasi. Ia berpesan agar mahasiswa melakukan verifikasi dan konfirmasi sebelum membagikan informasi. “Di media sosial, penting untuk melakukan cek fakta sebelum membagikannya kepada orang lain,” lanjutnya.
Inggried Dwi Wedhaswary menambahkan bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi perlu memiliki banyak referensi dan kemampuan self-filtering yang baik terhadap informasi. “Kemampuan literasi digital yang baik adalah modal utama bagi mahasiswa untuk menjadi garda terdepan dalam melawan fake news, sehingga dapat menjadi sumber informasi yang kredibel bagi masyarakat,” tutupnya. (iy/rz)