Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menyelenggarakan Diseminasi Hasil Penelitian berjudul Profil Gender pada Area Mangrove di Wonorejo dan Keputih, Kota Surabaya. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara Ketua Program Studi Ilmu Hukum, Wiwik Afifah, S.Psi., S.H., M.H.; Ketua Program Studi Magister Hukum, Dr. Syofyan Hadi, M.H.; dan sejumlah mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum.
Kegiatan yang digelar pada 16 Mei 2025 tersebut berlangsung di ruang Q210, Gedung Graha Prof. Dr. H. Roeslan Abdulgani, dan dihadiri oleh perwakilan mitra penelitian serta perangkat Kelurahan Wonorejo dan Keputih, Kota Surabaya.
Dalam diseminasi penelitiannya, Wiwik menyatakan bahwa latar belakang dari penelitiannya merupakan sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan masih didominasi laki-laki, sementara kemiskinan tetap membayangi masyarakat nelayan, petani, dan penghuni hutan. “Pengarusutamaan gender harus menjadi strategi pembangunan, mulai dari perencanaan hingga evaluasi, sebagaimana diamanatkan dalam Inpres Nomor 9 Tahun 2000,” jelasnya.
Selain itu, Wiwik juga menambahkan bahwa belum ada penelitian khusus terkait peran gender di kawasan mangrove Kota Surabaya. “Kolaborasi peran laki-laki dan perempuan dalam menjaga kelestarian alam sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga,” imbuhnya.
Wiwik juga mengungkapkan bahwa riset yang dilakukan merupakan penelitian empiris dengan pendekatan sosiologis. “Data dikumpulkan melalui metode purposive sampling, mencakup survei terhadap 101 responden, wawancara mendalam dengan informan kunci seperti kelompok pelestari, nelayan atau petambak, pengolah hasil mangrove non-kayu dan hasil perikanan, penyuluh perikanan, kelompok anak, ASKA, serta pelaku UMKM di tingkat kelurahan,” ungkap Dosen Fakultas Hukum Untag Surabaya itu.
Dalam akhir pemaparannya, Wiwik menyarankan pelibatan aktif perempuan dalam seluruh tahapan kegiatan pelestarian mangrove, mulai dari pembibitan hingga panen, dengan pendampingan yang memadai. “Dalam jangka panjang, perlu adanya restrukturisasi organisasi kelompok pelestari yang mengakomodasi keterlibatan perempuan sekurangnya 30 persen sebagai anggota maupun pengurus. Anak-anak juga perlu dirangkul sebagai bagian dari upaya pelestarian pengetahuan lokal secara berkelanjutan,” tegasnya.
Dalam sambutan perwakilan mitra penelitian, Leader Project Wahana Visi Indonesia (WVI) – Mangara Tua Sitohang, menyampaikan bahwa pihaknya akan merancang program yang bertujuan mengawal dan memperkuat kontribusi dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk remaja hingga anak-anak. “Kami ingin memastikan bahwa setiap kelompok, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak, memiliki ruang dan peran dalam upaya pelestarian dan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mangara juga menambahkan pentingnya partisipasi aktif dari semua pihak. “Kami sangat berharap Bapak dan Ibu sekalian dapat terlibat aktif, agar program-program yang kami rancang benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tutupnya. (vs/rz)